Dompet Tipis, Mimpi Setinggi Langit: Curhat Masalah Finansial Gen Z Indonesia
Samuel Tansil
3/15/20252 min read


Generasi Z Indonesia menghadapi realitas finansial yang jauh lebih rumit dibandingkan generasi sebelumnya. Meski mereka dikenal sebagai generasi yang melek digital dan kreatif, banyak dari mereka kesulitan mencapai kestabilan keuangan. Biaya hidup yang meningkat, gaji yang stagnan, dan tekanan sosial dari media digital menjadi tantangan utama yang mereka hadapi.
Gaji Tak Sejalan dengan Kebutuhan
Salah satu masalah terbesar yang dihadapi Gen Z Indonesia adalah rendahnya gaji awal dibandingkan dengan tingginya biaya hidup. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa rata-rata upah pekerja di Indonesia pada 2023 berkisar di angka Rp3,1 juta hingga Rp4,5 juta per bulan, tergantung daerahnya. Namun, biaya sewa tempat tinggal di kota besar seperti Jakarta bisa mencapai Rp2 juta hingga Rp5 juta per bulan. Ini berarti sebagian besar pendapatan mereka sudah terkuras hanya untuk tempat tinggal, belum termasuk biaya makan, transportasi, dan kebutuhan lainnya.
Dalam survei yang dilakukan Katadata Insight Center pada 2023, sekitar 75% Gen Z di Indonesia mengaku sulit menabung karena pengeluaran bulanan mereka lebih besar dibanding pendapatan. Situasi ini semakin diperburuk dengan gaya hidup konsumtif yang sering kali dipengaruhi oleh media sosial.
Tekanan Media Sosial dan Gaya Hidup Konsumtif
Instagram, TikTok, dan Twitter (sekarang X) memperlihatkan gaya hidup mewah yang tidak selalu realistis bagi kebanyakan Gen Z. Tren seperti "soft life"—hidup nyaman dengan nongkrong di kafe estetik, staycation, dan belanja barang branded—menjadi standar sosial baru yang sering kali memicu fenomena FOMO (fear of missing out).
Banyak dari mereka akhirnya memilih untuk menggunakan layanan paylater atau kartu kredit demi mempertahankan citra sosial. Menurut laporan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), penggunaan layanan paylater di Indonesia meningkat lebih dari 60% pada 2023, dengan Gen Z sebagai salah satu pengguna terbesar. Sayangnya, kebiasaan ini sering kali berujung pada utang yang sulit dilunasi.
Investasi dan Side Hustle: Solusi atau Tekanan Baru?
Gen Z Indonesia sebenarnya sadar akan pentingnya literasi keuangan. Mereka tertarik dengan investasi di saham, crypto, atau reksadana. Namun, sering kali mereka masuk ke dunia investasi tanpa pemahaman yang cukup. Tren investasi instan di media sosial justru membuat banyak dari mereka terjebak dalam skema cepat kaya atau bahkan rugpull.
Di sisi lain, banyak Gen Z yang memilih untuk memiliki side hustle atau pekerjaan sampingan untuk menambah penghasilan. Mulai dari menjadi freelancer, reseller, hingga content creator, semua dilakukan untuk bertahan di tengah gaji yang minim. Namun, ini juga memunculkan masalah baru: burnout atau kelelahan akibat bekerja terlalu keras.
Kesimpulan: Apa yang Bisa Dilakukan?
Gen Z Indonesia menghadapi tantangan finansial yang kompleks. Menyeimbangkan antara kebutuhan hidup, tekanan sosial, dan keinginan untuk mandiri secara finansial bukan hal yang mudah. Namun, ada beberapa langkah yang bisa diambil:
Meningkatkan Literasi Keuangan – Memahami konsep budgeting, investasi, dan pengelolaan utang sangat penting agar tidak terjebak dalam gaya hidup konsumtif.
Menyesuaikan Ekspektasi dengan Realitas – Tidak semua standar hidup yang terlihat di media sosial bisa dijadikan acuan. Hidup sederhana dan berinvestasi dalam skill lebih penting daripada sekadar mengikuti tren.
Mencari Alternatif Penghasilan yang Sehat – Side hustle bisa jadi solusi, tetapi harus diatur dengan baik agar tidak mengorbankan kesehatan mental dan keseimbangan hidup.
Pada akhirnya, menjadi Gen Z di Indonesia berarti harus lebih pintar dalam mengatur keuangan dan menghadapi realitas ekonomi yang terus berubah. Dengan pendekatan yang tepat, stabilitas finansial bukanlah mimpi yang mustahil.
Kitab Gerakan Anti Bokek Anak Muda
Literasi Keuangan dan Analisis Figur Ternama untuk Masa Depanmu secara gratis
Wealth
Growth
samueljuliustansil@gmail.com
+6281331826446
© 2025. All rights reserved.